Trading dengan Broker Terbaik

Mewaspadai Yield Curve Inversion Obligasi AS

15 December 2019 ()

Sejak awal tahun 2019, fenomena Yield Curve Inversion telah berulang kali menjadi bahan perbincangan pasar keuangan global, para pelaku pasar menyimpulkan bahwa Yield Curve Inversion Obligasi AS merupakan salah satu isyarat resesi ekonomi paling akurat di negeri paman Sam sejak akhir Perang Dunia 2.

Kurva Yield adalah grafik yang ditarik dari plot suku bunga beragam obligasi yang memiliki peringkat kredit sama namun memiliki jatuh tempo yang berbeda-beda dalam suatu waktu tertentu, secara umum dikenal dalam 3 bentuk Kurva Yield, yaitu :

  • Normal Yield Curve (Kurva Yield Normal) : Obligasi jangka panjang yang memberikan yield lebih tinggi dibandingkan obligasi berjangka lebih pendek, hal ini terjadi karena risiko waktu yang ditanggung oleh pemilik obligasi berjangka panjang dianggap lebih besar dibandingkan pemilik obligasi berjangka pendek.
  • Inverted Yield Curve (Kurva Yield Terbalik) atau Negative Yield Curve (Kurva Yield Negatif ) : Obligasi jangka panjang yang memberikan yield lebih rendah dibandingkan obligasi berjangka lebih pendek, bentuk kurva inilah yang sering dianggap sebagai sinyal resesi.
  • Flat Yield Curve (Kurva Yield Mendatar) : Bentuk kurva nyaris mendatar atau cembung, karena selisihnya yang sangat kecil antara yield obligasi jangka panjang dan jangka pendek, bentuk kurva ini sering dianggap sebagai sinyal transisi ekonomi dari satu siklus ke siklus berikutnya, baik dari kondisi ekspansif menjadi kontraksi atau dari kontraksi menjadi ekspansif

Nah, dari ketiga bentuk Kurva Yield tersebut, yang paling kontroversi dan jarang terjadi adalah Inverted Yield Curve (Kurva Yield Terbalik), Kurva Yield yang paling populer dibuat berdasarkan yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) bertenor 3 bulan, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, dan 30 tahun. 

Kurva Yield ini seringkali dipergunakan sebagai prediktor bagi pertumbuhan output dan ekonomi Amerika Serikat.

Di sisi lain, Amerika Serikat merupakan negara adidaya yang memiliki hubungan dagang dengan ratusan negara di seluruh dunia, sehingga inversi Kurva Yield obligasi pemerintah AS menjadi sebuah isu internasional.

Secara historis, para ekonom telah meneliti inversi Kurva Yield selama berpuluh-puluh tahun, di era 1960-an, Ruben Kessel dari National Bureau of Economic Research (NBER) menemukan indikasi bahwa perbedaan antara suku bunga jangka pendek dan jangka panjang cenderung menyempit saat menjelang resesi.

Tahun 2018, Federal Reserve San Fransisco, mempublikasikan fakta yang lebih mengejutkan, yang menyatakan bahwa inversi Kurva Yield terjadi menjelang setiap resesi di Amerika Serikat sejak tahun 1955, secara khusus inversi Kurva Yield Obligasi Pemerintah AS yang terjadi pada akhir tahun 2005, 2006, dan 2007 sebelum Wall Street runtuh akibat krisis keuangan 2007-2008.

Oleh karena itu, anggapan bahwa inversi Kurva Yield merupakan sinyal resesi tidak hanya dikenal luas di kalangan investor dan trader, melainkan juga oleh para ekonom dan pejabat bank sentral.

Untuk mempermudah pemantauan, banyak pihak menyederhanakan upaya mendeteksi inversi dengan cara menghitung selisih antara yield obligasi bertenor 10-tahunan (US10YT) dengan obligasi bertenor 2-tahunan (US-02YT), apabila selisihnya negatif, berarti telah terjadi inversi.

Sekitar 3 tahun sebelum mencuatnya fenomena inversi Kurva Yield Obligasi Pemerintah AS, bank sentral Jepang sempat meluncurkan arah kebijakan baru yang berkiblat pada kontrol Kurva Yield (Yield Curve Control).

Dalam kondisi wajar, bank sentral umumnya tidak menghiraukan Kurva Yield, namun bank sentral Jepang terpaksa mencermati dan mengendalikan Kurva Yield Obligasi pemerintah secara ketat.

bank sentral Jepang telah menjalankan kebijakan suku bunga negatif selama bertahun-tahun dan perlu mengendalikan dampak buruk kebijakan tersebut bagi pasar obligasi.

Keputusan bank sentral Jepang  menjalankan Yield Curve Control merupakan sinyal bahwa mereka akan terus menerapkan kebijakan moneter longgar dan suku bunga super-rendah, nilai tukar Japan Yen (JPY) pun langsung tumbang setelah peluncuran Yield Curve Control.

Di sisi lain, para pejabat bank sentral AS (The Fed) memiliki perspektif berbeda-beda dalam menilai inversi Kurva Yield beberapa waktu lalu, ada yang menganggapnya perlu diperhatikan, ada pula yang menganggapnya tidak perlu dikhawatirkan.

Inversi Kurva Yield Obligasi AS hanya akan menjadi market mover yang signifikan jika pejabat top bank sentral atau Presiden AS menganggapnya sebagai masalah serius.

Tags : Forex Trading

    Random Forex Contents :

    Random Crypto Contents :

    Random Privacy Contents :