Pernyataan Morgan Stanley ini berdasarkan keterlibatan Perusahaan Tencent, Alibaba hingga ByteDance pada Metaverse Tiongkok.
Disaat Perusahaan Amerika Serikat seperti Facebook (sekarang META) dan Microsoft sudah lebih dulu menyatakan penerapan Metaverse secara publik, Perusahaan Tiongkok mengambil pendekatan yang lebih hati-hati karena Regulasi yang lebih ketat.
Morgan Stanley mengatakan bahwa Metaverse Tiongkok dapat terlihat sangat berbeda dengan Negara-Negara lain di Dunia karena Sensor Pemerintah, Peraturan yang Ketat, serta Tindakan keras Tiongkok terhadap Industri.
Raksasa Teknologi Tiongkok mulai berinvestasi di Metaverse dengan bertumpu pada Kekuatan Game yang dimana hal ini sangat terlihat jelas pada Proyek Decentraland.
Semuanya berawal sejak Facebook (sekarang META) menyatakan bahwa Metaverse akan menjadi tumpuan Masa Depan Internet.
META sudah mempersiapkan segalanya, mulai dari Platform hingga alatnya (Oculus)
Microsoft dan Apple pun menyatakan hal yang serupa.
Bulan januari kemarin Microsoft telah membeli Perusahaan Pembuat Game Blizzard Activision dengan nilai lebih dari 900 triliun Rupiah.
Tiongkok yang pada tahun lalu memberantas Penambangan Kripto dan melarang segala bentuk Transaksi Kripto di Negerinya, seolah terlihat seperti melarang total keseluruhan dalam Industri.
Namun faktanya Tiongkok tampaknya sudah memilah bagian-bagian dari Industri yang lebih bisa dikendalikan dan memberikan keuntungan lebih baik, yaitu Metaverse dan NFT.
Morgan Stanley mengatakan bahwa Perusahaan besar Tiongkok seperti Tencent dan NetEase bisa menjadi yang terdepan dalam Sektor ini.
Hal serupa juga dikatakan oleh Winston Ma, Managing Partner di CloudTree Ventures, menurutnya Metaverse adalah Masa Depan Jejaring Sosial, semua Raksasa Teknologi Tiongkok harus merangkulnya untuk menemukan cara baru melibatkan Generasi termuda dari Pengguna Internet.
“Langkah itu sangatlah penting mengingat Model Bisnis mereka saat ini mengandalkan matangnya penggunaan Smartphone dan Internet seluler”, ujar Winston Ma.
Pada November 2021, CEO Tencent, Ma Huateng, mengatakan bahwa Metaverse akan menjadi Peluang untuk menambah Pertumbuhan ke Industri yang ada seperti Game.
Tencent adalah Perusahaan Game terbesar di Dunia dengan Portofolio Game PC dan Seluler yang kuat.
Dan Tencent juga memiliki WeChat, Platform chatting dengan lebih dari 1 miliar Pengguna.
Perusahaan Tiongkok ByteDance juga telah melakukan ekspansi agresif ke dalam Sektor game selama setahun terakhir, salah satunya dengan mengakuisisi Produsen Headset Realitas Virtual Pico pada Agustus 2021 lalu.
ByteDance adalah Perusahaan pemiliki Platform TikTok dan Douyin.
Alibaba pun secara diam-diam ternyata memiliki rencana meluncurkan Kacamata Augmented Reality untuk Pertemuan Virtual.
Kemudian NetEase dikabarkan telah mendirikan markas baru di Provinsi Hainan yang berfokus pada pengembangan Metaverse.
Ada pula Baidu yang telah meluncurkan Aplikasi Metaverse pada tahun 2021 lalu yang disebut Xi Rang, Applikasi ini seperti Dunia Virtual yang dapat menampung hingga 100rb orang sekaligus.
“Tiongkok sangat Pintar dalam hal ini. mereka benar-benar tahu kapan dan di mana harus cukup dekat untuk mengawasi, dan kemudian mengendalikan,” ujar Hanyu Liu, Analis Pasar China di Daxue Consulting, kepada CNBC.
Namun jika mengingat Metaverse yang pada umumnya saat ini memerlukan Aset kripto untuk bisa melakukan Transaksi, bagaimana dengan Metaverse Tiongkok ?
Prediksi Publik pada hal ini adalah Metaverse itu akan dibangun pada Proyek Blockchain Service Network (BSN) dengan menggunakan Yuan Digital sebagai alat Transaksinya.
HARGA DECENTRALAND (MANA) SAAT INI :
Tertarik untuk memiliki Aset Kripto Decentraland ? Anda bisa membelinya di Binance, Tokocrypto, dan Indodax, 3 Bursa Kripto yang saat ini paling banyak digunakan oleh Investor / Trader di Indonesia.